Friday, February 20

Tentang Kita

Cik Hani | 16:41 | 2Comments |

Never judge a book from it's cover'; 

tentunya ungkapan tersebut tidak lagi asing di telinga kita. Ungkapan ini seringkali dilontarkan untuk mengingatkan seseorang agar tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan mengenai keperibadian seseorang berdasarkan penampilan awal mereka, sama ada ia kesimpulan negatif atau pun positif.

Amat mendalam maknanya yang tersirat, ungkapan ini meminta kita untuk tidak terburu-buru memberikan kesimpulan akhir pada sebuah buku sebelum membacanya setiap halaman dari awal hingga akhir (from cover to cover). Misalnya, jika pada halaman-halaman awal sebuah buku terasa membosankan, adalah terlalu awal jika kita kemudian menyatakan bahawa buku tersebut membosankan dan buruk bagi kita hingga kita memiliki alasan untuk 'mencampakkannya'. Mungkin pada pertengahan hingga akhir buku tersebut memberikan kejutan-kejutan menarik yang pada akhirnya membuat kemudian memberikan penilaian yang baik tentang buku tersebut.

Kenyataannya, ada buku yang judulnya tak menarik namun ketika membacanya kita seperti dihanyutkan oleh isinya yang luar biasa. Belum lagi manfaatnya bagi peningkatan kualiti diri kita. Namun ada juga buku yang judulnya menarik berserta ungkapan-ungkapan indahnya, namun ternyata memiliki pengaruh yang buruk bagi kita. Begitu beragam, begitu misteri, namun begitu menarik. Demikian juga halnya dengan kita, manusia.

Manusia tentu saja tidak boleh disamakan dengan buku, namun setiap perbandingan pastilah menyimpan kearifan yang mendalam. Maka adalah sikap yang bijak jika kita menjadikan perbandingan di atas sebagai pedoman kita dalam berhubungan sesama manusia. Bukan untuk memperbesar rasa curiga atau melebih-lebihkan sikap berhati-hati kita dalam bergaul, sebaliknya agar kita menjadi lebih arif dalam menarima kelemahan-kelemahan orang lain.

Jika buku hanyalah merupakan objek pasif yang ditulis oleh subjek, maka manusia adalah subjek sekali gus objeknya, ia adalah tulisan yang dia tulis sendiri. Manusialah yang bertanggung jawab atas citra dirinya sendiri. Tidak seperti benda mati, manusia memiliki kemampuan untuk berfikir, merenung, menghayati setiap perjalanan hidupnya, setiap perilakunya, kerananya manusia memiliki potensi untuk mengubah dirinya, mengubah citranya, mengubah tulisan yang tadinya membosankan dan tidak berguna menjadi tulisan yang menarik dan bermanfaat bagi para pembacanya.

Setiap kita pasti pernah mengalami kekecewaan kerana keburukan sikap orang lain. Namun apakah bijak bila kemudian kita terburu-buru memberikan kesimpulan yang buruk mengenai orang tersebut, sementara Tuhan masih memberinya kesempatan untuk menutup akhir kehidupannya dengan kebaikan?

Setiap kita juga pasti pernah mengecewakan orang lain dengan sikap buruk kita. Apakah juga bijak bila kita tidak mengambil peduli kesempatan yang diberikan oleh Tuhan dengan terus menerus melakukan kesilapan? Relakah kita bila berakhir bagai sebuah buku yang tidak menarik dan tidak berguna, yang hanya dikenang keburukannya, atau bahkan tidak patut untuk dikenang langsung?

Kerana kita yang mengawali penulisan di halaman pertama, maka kitalah yang menentukan bagaimana kita akan menutupnya pada halaman terakhir.



2 comments:

  1. KD pun kadang kadang. Entah la sis. Sebab pengalaman pahit, masa silam kita, sampai sekarang saya memang suka judge orang tu sama. Sebab saya dah tatau nak beza mana baik mana buruk. Sebab kalau saya berbaik sangka, tiba2 dia baling taik. Tapi kalau saya berburuk sangka dikata menuduh. Jadi sis, saya tersepit diantara dua. Jadi saya biarkan orang terus membenci dan tawar hati pada saya. Sebab saya tak nak perkara lama ulang lagi. Sebab nak move on bukan senang kan Sis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sy tertarik dgn kata2 cik mieza. maaf lambat membalas. sejujurnya, pengalaman dari sy.. bila kita mengenali seseorang, kita perlu sediakan sehelai kertas bersaiz A4 serta sebatang pen/pensel. untuk kita bezakan baik dan buruk. selepas senaraikan, kita nilaikan. yg mana banyak, itulah jawapannya :)

      Delete